Jadi, tepat tanggal 12 Desember ini gue nge-post tentang si Apuk, bocah yang dulunya bulet kayak Bakpao, tapi sekarang udah tinggi menjulang kayak Bakpao salah cetakan. Apuk itu adalah..... *Jeng jeeeeng...
Ini bukan bintang film laga china, Boboho. Bukan, serius bukan. |
Suka kalap kalau udah nemu makanan |
Beberapa minggu yang lalu, bocah ini minta dibikinan satu postingan khusus tentang dia, maka terlintas lah ide di benak ini untuk membongkar hal hal yang di anggap tabu menjadi layak untuk diperbincangkan. Semua akan dikupas secara tajam, setajam pisau dapur di postingan kali ini. Siap-siap aja ini gue di amuk pas ketemu. hahaha *senyum licik.
Mau nggak mau gue mesti ngaku kalau ini bocah dari kecilnya emang udah cubitable alias enak buat dicubitin. Cubit sampai nangis pun nggak apa apa, soalnya Apuk kecil udah gadang rarau, bahasa Indonesianya "gampang nangis". Jadi udah biasa aja liat dia nangis.
Gue masih ingat, waktu Apuk umur 3 tahunan gitu, dengan riang gembira menghampiri mak wo (tante) nya yang lagi nyuci. Buat ke tempat penyucian itu harus lewatin kandang ayam-nya nenek. Kebetulan salah satu ayam betina nenek lagi sensitif pasca telurnya menetas. Apuk yang waktu itu lugunya minta ampun, dengan anteng berlari membelah kerumunan anak ayam yang baru menetas tadi. Alhasil adegan yang tidak kalah menarik dari adegan naik elang pun terjadi. Kali ini namanya adegan AYAM TERBANG. Si ayam dengan soundtrack "I believe I can fly..." berhasil mendaratkan cakarnya di jidat jenong si Apuk. Maka tumpahlah air mata itu. Ini baru cerita pemanasan.
Cerita lain mengenai hobi nangis si Apuk bermula dari foto ini :
Perhatikan lingkaran merah |
Finally, gue nawarin buat cari tempat makan lain. Maka kita bertiga terdampar di tempat pangsit yang enak bange tapi enggak rame. Maka dengan kecepatan sabetan ayam, mood si Apuk langsung berubah jadi begini :
itu pipi, bukan bakpao |
Jauh sebelum hari-hari naas itu terjadi, terdapat masa dimana kejayaan apuk jualan jambu tidak dapat dipungkiri. Dulu di halaman rumah nenek ada pohon jambu yang manisnya nggak ketulungan. Kalau musim berbuah, siap siap aja denger nenek bersitegang dengan anak anak sekitar perihal "nggak boleh dipanjatin","nggak boleh dilempar batu",dan sebagainya. Disamping rumah nenek itu ada MDA (Tempat ngaji) sama TK. Jadi sekitaran situ rame anak anak. Keluarga gue emang punya jiwa bisnis yang sudah turun temurun. Maka jadilah jambu ini dibisnisin pula dengan Apuk sebagai maskot penjualan. Apuk yang lucunya minta ampun (sayang, gue nggak nemu fotonya pada saat lucunya ini) dan pada saat itu ngomongnya masil
Kini Apuk sudah tumbuh ke atas. IYA, TINGGIAN DIA DARI KAKAKNYA INI (pasti Apuk paling seneng baca yang ini).
Ini fotonya 3 tahun yang lewat.
masih unyu unyu dan cubitable |
Udah agak sangar dan nggak bisa di cubit lagi |
Dan yang paling gue senengin adalah dia nerusin jejak kakaknya yang kece ini, hahahaha. Dia anak karate lho, maka tingkat ke kece-an si Apuk naik 80%. Dulu waktu gue sabuk biru, apuk masih sabuk putih. Sekarang, gue masih sabuk biru, dan Apuk juga sudah sabuk biru. IYA, gue nggak ada progress. -__-" Tapi, biar Apuk aja yang lanjutin perjuangan ini. #eh :P
Finally, gue cuma mau bilang,
HAPPY BIRTHDAY APUK. SEMOGA TAMBAH COOL, TAMBAH PINTER, CITA-CITANYA TERCAPAI (Dulu pernah bilang mau jadi Astronot, jadi Dokter, jadi Tentara, apapun itu, semoga sukses dijalannya, AMIN).
MUDAH-MUDAHAN TAHUN BARU UDAH DI RUMAH YA. :P
Nih, tak kasih lagu satu.
COME HOME-ONEREPUBLIC.
I say to you, come home, come home
'Cause I've been waiting for you for so long, for so long... :D