new

Tuesday, December 16, 2014

I Miss You but I Hate You

Sudah akhir tahun lagi.. Uyeee, udah akhir semester lagi.. Uyeee.. Udah pada nyiapin liburan kemana? Udah nyiapin skripsi sampai mana? Yaelah, skripsi. Lupakan.

Nah, lo tau? ada rasa yang menggebu-gebu didalam dada yang ingin segera untuk diungkapkan dan di tulis di blog cetar ini.
Tentang apa?
Tentang film AADC yang gue kira udah tamat 12 tahun lalu itu? BUKAN.
Lalu?
Tentang BBM naik dan kapal asing yang ditenggelamkan di perairan Indonesia?
Bukan, sekali lagi bukan. Ini tentang hal yang lebih penting dari itu. Gue ulangi, YANG BAKAL GUE TULIS LEBIH PENTING DARI ITU SEMUA. Oke sip.

Ceritanya tentang iniiiiiiiiiiii


Nah, bulan Agustus yang lalu, tepatnya pada tanggal 26 Agustus, gue dibuang dari kampus. Gue dan beberapa teman seangkatan dibuang ke berbagai sekolah yang tersebar di Sumatra Barat ini dan menjabat sebagai guru PL(Praktek Lapangan)/mahasiswa PL/anak PL/Orang yang selalu disalahkan terhadap semua yang terjadi di sekolah.  WHAT? SELALU SALAH?? Iyaaaaa.
Contoh :
- Kenapa siswa belum berkumpul dilapangan saat jam upacara seharusnya dimulai. Salah siapa? GURU PL.
- Kenapa tidak ada yang menolong ibu dan bapak panitia ujian menyusun nomer ujian. Salah siapa? GURU PL.
- Kenapa siswa gotong royong tidak ada yang mengawasi. Salah siapa? GURU PL.
- Kenapa lokal ini belum bersih padahal baru selesai gotong royong. Salah siapa? GURU PL.
- Kenapa kucing sekolah kencing di pintu kantor guru. Salah siapa? GURU PL.
- Kenapa kucing sekolah eek sembarangan dan enggak cebok. Salah siapa? GURU PL.

Kalau barisan anak-anak belum seperti ini, itu salah GURU PL


Oke, balik ke awal kisah. Dengan berjumawa gue minta di buang di kota halaman tercinta (baca: kota Bukittinggi). Ya walaupun rumah gue boleh dibilang di Bukittinggi coret alias perbatasan kabupaten dan kota. Jadi dengan senang hati mendarat di salah satu SMK di kota Jam Gadang ini. Point plus yang mendorong gue untuk dibuang di SMK ini adalah adanya jurusan tata boga dan pariwisata. Siapa yang nggak senang disediakan jajanan ala anak tata boga dan bisa sharing gratis perihal jalan-jalan dengan anak-anak pariwisata. Sharing yang gue maksud disini adalah berbagi cara bikin tour itinerary, cara jalan-jalan murah sampai sharing tiket pesawat (baca : minta beliin tiket pesawat) #eh. Bukan ding.

Terus ceritanya, guru pamong atau guru pembimbing PL gue itu nggak acuh gitu. Gue dilepas tanpa ada proses observasi (proses dimana lo kudu liat dulu pamong ngajar di awal daripada lo disalahin di akhir karena cara ngajar kita beda sama pamong). Gue nggak dikasih kesempatan untuk liat si Ibu ngajar karena Ibunya nyuruh gue fotocopy ini itu dan cek jadwal, bikin RPP atau bahasa kecenya Lesson Plan / Rencana Ajar selama setahun. Setahun untuk kelas X dan setahun untuk kelas XI. TOTALNYA 2 TAHUN. Tugas lainnya adalah bikin soal MID semester, Bikin soal Semester, Bikin media ajar, Bikin RPP untuk tugas MGMPnya ibu itu, Analisis nilai, periksa ujian dan sebagainya. Liburnya cuma sehari dan pada akhirnya tetap aja gue yang salah. POKOK E AKU YANG SALAH. WESS LANJUT.
Terus pada saat gue minta nilai PL, Ibunya malah nambahin tugas. Maka meletuslah gunung sabar itu. Gue curhat ke kepsek dan selesai lah masalah. Yippiee..

Itu sekelumit kisah gue ama pamong. Daily life-nya gue sebagai anak PL ya kira-kira seperti ini:

Minggu-minggu pertama tidak ada yang aneh. Gue disuruh piket bantu-bantu di ruang ISO (semacam penjamin mutu di SMK) dan mulai memfotocopy buku ajar. Gue kebagian pamong (guru pendamping) yang ngajar di kelas XI. Nah, kelas XI ini letaknya bukan di gedung 1 sekolah yang dekat dengan rumah, tapi di gedung 2 yang mana sarana transportasi yang terseedia hanya angkot dengan jam tayang tertentu saja, yaitu pagi (jam menjelang masuk sekolah) dan siang sekali sekitar jam 2 atau 3 saat siswa SMK ini pulang sekolah. Nyesek meeen, ketika gue tau hanya beberapa guru PL yang ditempatkan di gedung sekolah 2 itu. Otomatis gue akan Long Distance Relationship (LDR) sama Pak Kepsek teman-teman PL lainnya.

Setelah diputuskan secara sepihak, maka gue kebagian ngajar di kelas XI BOGA 1, XI HOTEL 1 dan 2, XI UPW (Usaha Perjalanan Wisata), XI PKP (Sekretaris) 1 dan 2, XI Akuntansi 1, 2 dan 3, daaaaaannn kelas X PKAP (Pemasaran) 1 dan 2. Total gue ngajar 11 lokal dengan jumlah jam 22 jam seminggu. Satu hari paling banyak gue ngajar di 4 lokal. Sakitnya tu ketika gue tau, teman PL yang lain ada yang cuma ngajar 4 lokal aja. Sakit men, sakiiiitt. Tapi ada juga yang sampai ngajar 24 jam seminggu. Jadi gue bisa menangkan diri dengan kenyataan "ada yang lebih pait dari idup gue".

Karena banyaknya kelas, maka gue menghabiskan empat minggu di bulan September dengan kebiasaan salah kelas, cek jadwal, telat masuk, minta maaf karna telat. Tapi untungnya, rata-rata siswa disini punya hobi yang sama dengan gue sewaktu SMA, telat masuk. Semacam karma gitu. -_- *enggak untuk ditiru.

Kelas pertama yang gue masuki dihari Selasa adalah lokal XI PKP 1. Kenapa Selasa? karna gue selalu minta libur dihari Senin karena gue mau mencintai Senin karena gue sempat patah hati dengan Senin di semester yang lalu *abaikan. PKP itu adalah jurusan Sekretaris dan gue lupa apa kepanjangan dari PKP itu sendiri. Sebagai guru gue merasa senang gagal. Yang paling gue ingat dari lokal ini adalah lokal yang selalu kebanjiran kalau udah mulai hujan. Gue masuk lokal ini jam 7.30 setiap selasa pagi dan 3 kali merasakan enaknya lokal banjir. Jadi 30 menit pertama bakalan dihabisin buat pel lantai kelas yang udah kece kalau dibikin video "menari sambil main air".

Lokal kedua adalah XI Akuntansi 1. Ini bisa dibilang lokal express. Kayaknya ngajarin satu materi plus ujian dalam waktu 2 jam pelajaran bisa nih disini. Anak-anaknya aktif dan nggak pernah telat ngasih tugas, sampai gue sebagai guru merasa sedih. Iya, sedih. Pasalnya 3 minggu sebelum ujian semester, semua materi sudah selesai di lokal ini. Jadi ya gue banyakin ngobrol, curhat dan nakut-nakutin mereka semua soal kehidupan perkuliahan #eh.

Lokal berikutnya adalah XI PKP 2. Yang pertama kali gue ingat dari lokal ini adalah, KITA SELALU KEKURANGAN JAM, NAK. Bukan karena  gue malas ngajar atau siswa nya bandel, bukan. Tapi karena jam pelajaran gue sering dipakai sama guru yang ngajar sebelum gue masuk. Sebagai guru PL gue hanya bisa ikhlas, sabar, bilang "Bu, jamnya udah habis, bu", dan nunggu di pintu kelas sampai guru itu keluar. Tapi sayang, ibunya nggak peka, nggak bisa dikodein terus.

Lokal terakhir pada Selasa yang selalu cerah ini adalah XI Akuntansi 3. Ini adalah kelas paling wangi sejagad. Pertama masuk kelas ini gue berasa masuk bank. Aromanya sama, wangi. Ternyata ada parfum ruangan diatas papan tulis yang selalu nyembur gue setiap 40 menit-an.

Pada hari Rabu, gue masuk lokal XI Boga 1 dan XI Akuntansi 2. XI Boga 1 itu lokal yang sering minta kompensasi tugas. Gue bilang aja "kalau mau kompensasi kamu harus punya kartu fakir tugas dulu". Uniknya, walaupun heboh, lokal ini rajin nanyain tugas. Nggak nanyain aja, ngumpulnya juga rajin, on time dan pas deadline. Hihihi peace :P
Sedangkan XI Akuntansi 2, ini lokal yang sering minta pulang karena gue ngajar pada jam terakhir di lokal ini. Yah, karena gue pengin pulang juga, maka latihan sering dijadikan PR. Ajaibnya, nilai ujian tetap oke dong ya. :D

Kamis. Fyuhh. Saatnya tegang otot leher di lokal X PKAP (pemasaran) 1 dan 2. Satu lokal isinya 45 siswa dengan keahlian memasarkan itu LUAR BIASA. Lokalnya rame kayak pasar dan susah buat dikontrol. Itu sebabnya gue sering tepar dihari Kamis.  Positifnya dua lokal ini adalah, MEREKA TOBAT TEPAT WAKTU. Jadi, beberapa minggu menjelang ujian semester, mereka berlomba-lomba memperbaiki nilai dan juga ngumpulin tugas. SALUT.

JUMAAATT.. UYEEE.. Nah, Setiap Jumat gue masuk lokal XI UPW (Usaha Perjalanan Wisata) dan XI Hotel 2. XI UPW ini seru. Nggak tau kenapa bawaannya asik aja dilokal ini. Berasa diajakin jalan-jalan terus kalau disini. Hihi.
Nah, lain lagi kalau lokal XI Hotel 2. Kata guru-guru sih, lokal Hotel itu semacam kutukan. Bandel minta ampun. Nah, jadi ceritanya, nggak ada anak PL yang dibolehin masuk tanpa pengawasan guru senior di lokal hotel ini. Nah lho? Gue? Pamong nggak peduli dan membiarkan gue yang lugu ini masuk lokal hotel sendiri. Dua lokal pula, alamaaakk..
Di lokal XI Hotel 2 ini awalnya gue memperlakukan siswanya sama dengan lokal lain. Anggap aja lokal ini nggak pernah diceritain dan nggak pernah di cap bandel. Selowww dan tadaaaaa.. GUE SENANG MASUK LOKAL INI. Anaknya pada gokil dan mau diajak kompromi. Pokoknya kece lah.

And also XI hotel 1 pada hari Sabtu. Ini lokal yang paling gue kasihani karena kebanyakan waktu kita sering terpakai oleh kegiatan sekolah yang bermanfaat. Misalnya rapat guru, gotong royong, kesurupan dan sebagainya.

wait wait.. Gue lupa cerita tentang kesurupan. Jadi, pada pertengahan bulan September gitu, saat vokalis Green day belum ada yang bangunin, terjadilah kesurupan masal di sekolah-sekolah di Bukittinggi. Termasuk di sekolah gue yang gedungnya serem-serem ngeri gitu. Kira-kira kesurupannya sampai 2 mingguan gitu dan terjadinya setiap hari. Maka dengan bijaksana lagi berjumawa, pak kepsek meliburkan sekolah dengan alasan keamanan siswa tidak lagi terjamin. Kemudian, didatangkanlah cenanyang untuk mengusir pamong yang kelewatan roh dan setan yang mengganggu itu.
Pernah suatu hari di minggu yang menakutkan itu, gue lagi ngajar di kelas Boga. Lagi asik-asiknya nyuruh siswa bikin latihan, salah satu anak dengan lemah nanya, "Miss, ada minyak kayu putih. Saya pusing, Miss". Gue kira dia pusing gara-gara tugas yang gue kasih, maka gue bilang nggak ada dan nyuruh dia istirahat di tempat duduk aja, nggak usah bikin tugas. Tak lama kemudian si anak yang nanya tadi pingsan. Dengan rasa bersalah di oplos dengan rasa cemas, gue panik kayak abis nenggak miras oplosan. Terus bareng teman-temannya gue angkat anak itu ke UKS. Belum nyampe UKS dia kejang-kejang. Nyampe UKS dia teriak-teriak sambil lempar jilbab. Oke fix, ini kesurupan lagi. Gue panik dong. Pada waktu kuliah gue nggak pernah diajarin cara menangani anak yang kesurupan. Lagi paniknya megangin sambil baca-baca ayat buat anak yang kesurupan ini, datanglah 5 anak yang digendong rame-rame juga dengan gejala yang sama. Panik gue jadi panik pangkat 5. Gue mesti apain ini anak-anak? Guru-guru juga ikutan panik dan beberapa langsung cusss pulang dengan kecepatan cahaya. Akhirnya penjaga sekolah yang konon katanya bisa mengobati kejang-kejang disertai teriak-teriak dan tangisan itu datang membawa secercah harapan buat gue untuk ikutan cabut pulang. Semenjak saat itu gue selalu menyertakan penjaga sekolah disetiap jam ngajar gue *NGGAK DING -__-.

Fyuuh, oke. Itu sekelumit kisah gue selama Praktek Lapangan alias PL. At the end, sebenarnya gue diancam sama pamong bakalan dapat nilai B atau bahkan C karena masalah sepele. GUE LUPA NGISI BUKU BATAS PELAJARAN DI LOKAL.

Finally, this is the end of semester and I'll be back to the place where I should be. One thing that I should tell you that I MISS EVERY SINGLE CLASS that I had in these 3 months. Hope I can meet you again in another place without caring about Pamong. Duh, kangen anak-anak :') hihi

O iya, biar kece kayak halaman persembahan di Skripsi gitu, gue mau ngucapin terimakasih dulu.. hhe Thanks to Papa, Mama yang udah semangatin setiap kali menye-menye masalah pamong. Makasih guru-guru SMK N 2 Bukittinggi yang udah support setiap kali liat gue masuk kelas sendiri dan support pengaduannya juga #eh. Makasih untuk Kak Icha dan Kak Lina yang udah berbagi pengalaman. Makasih teman-teman PL yang super kuat dan super sabar. Makasih yang udah kasih wejangan setiap kali badmood (masih) gara-gara pamong. Makasih untuk siswa-siswi SMK N 2 yang kece kece. BIG THANKS TO Bapak Don Narius yang udah bersedia menjadi dosen pembimbing terbaik sejagad. haha
SPECIAL THANKS TO XI HOTEL 2 yang udah bikin mood berubah 180 derajat di hari terakhir masuk kelas. Kalian lucu luar biasa.. hahahaha 
*peluk satu-satu  
Daaaaannn, yang terlupakan #eh.. haha Terimakasih kepada senior yang kadang baik dan kadang suka malakin, Bang Uje (tu, udah nes tambahin nama abang disini :P), yang udah bersedia memberikan contoh laporan PL beliau yang awalnya dengan senang hati gue terima. Dan setelah gue bekerja keras dan sedikit bingung mengedit dengan santainya bilang "Ooo ternyata laporan yang bang kirim itu belum yang fix nya (baca: masih butuh di edit)". haha But, thank you, semoga lekas S.Pd. :D

Eaaakk, yang jadi guruu :P

"My favorite part is the leaf, while yours is the flower. I never want to leave. But it's also hard to get us together." - Benzbara (Cinta dengan titik)

Wednesday, June 18, 2014

K-1 (Ka-wan)

Cah cah cah cah
Aku menatap wajah mereka satu persatu. Berkilat penuh keringat diterpa lampu panggung.

Cah cah cah cah
Ah, anak-anak ini. Dulu, tak pernah aku senyaman ini diantara mereka.

Cah cah cah cah
Duh, mereka ini anak siapa? Berani sekali membuatku berhalusinasi dibawah tekanan begini.

Cah cah cah cah
Sial, lama sekali Gore menyuruh kami berbalik.

Didepan sana, orang-orang duduk manis dibarisan bangku penonton entah berharap apa. Ending yang bagus? Ending yang bahagia? sedih? Entahlah. Tapi kami masih getar getir berharap semua tetap seperti ini. Ya, lancar, tenang, dan belum nampak perpisahan yang semakin mendekat.

Ini pementasan Randai untuk tugas akhir kelas drama. Tak pernah akan terpikir kalau kami sekelas akan begitu sakit sedemikian merana setelah pementasan ini selasai. Aku tidak munafik. Beberapa bulan yang lalu, oh bukan, persis beberapa hari yang lalu masih berdetak hati dengan doa' "Oh Tuhan, cepatlah semester ini berakhir agar berakhir pula semua kepenatan dan kejenuhan ini."

Ternyata aku salah, semester ini berakhir dengan sesuatu yang tidak pernah aku prediksikan dulu.

PREDIKSI : Selesai pementasan > Pamit pulang > Pulang > Liburan
KENYATAAN : Selesai pementasan > Makan bersama > Nangis-nangis sambil pamit pulang > pulang > Buka Facebook > Liat banyak status, komen, dan foto merana penuh kerinduan dari anak lokal > Hanyut dalam atmosfer yang sama.

Ini kami diawal perjumpaan.
Di awal perjumpaan memang masih ada umpatan, makian dan kepura-puraan karena kita masih menyesuaikan. Kita belum memahami arti kelas ini. Canggung berjabat tangan satu sama lain dan kembali pada zona nyaman pertemanan. Menempatkan diri pada satu kelompok dan cukup hidup dikelompok itu. Apa aku salah menulis begini? TIDAK. Dulu diawal perjumpaan yang tidak seheroik perpisahan kita, aku bahkan tidak tau pasti siapa yang duduk didepan, nama panggilan teman yang sering duduk di pojokan, daerah asal dia yang sering menjawab pertanyaan dosen dan sebagainya. Yang aku tau hanya buku kas, daftar nama dan uang kas. Dari tugas sebagai bendahara itulah aku mulai perlahan tau nama-nama mereka (bendahara laknat hahaha)

Years gone by, and here we are now. Setelah berkali kali cekcok, dan sekian kali pula kita duduk dalam lingkaran, menyelesaikan cekcok itu, kita masih bertahan. Tidak ada yang melarikan diri dari kelas ini. Kita masih tetap sama walau beberapa mungkin berbeda. Kita membuat cerita kita sendiri. Kita menhantam portal dengan gaya kita sendiri. Kita, ya kita, bukan lagi aku, kamu, dia, dan mereka. Terimakasih untuk semuanya. Selamat berlibur, selamat bertugas dilapangan. Sampai ketemu lagi di semester delapan. Semoga kita memakai toga diwaktu yang sama. Secepatnya. AMIN :)

Ternyata cita-cita bikin baju mirip kru Tr*ns TV kesampaian juga.

K-1 


Di awal perjalanan, kisah berpusat pada "aku", dan selalu "aku", namun perlahan-lahan si "aku" meredup, berganti dengan "mereka". Sampai pada akhirnya "aku" adalah "mereka", dan "mereka" adalah "aku". - Agustinus Wibowo.




Sunday, June 8, 2014

Journeys with TUGAS

Oktober 2013..

Mama : Nes, bisa ambil jatah seminggu?
Gue : Hmm, minggu kapan ma?
Mama : 2 Minggu lagi. Bisa?
Gue : 2 minggu lagi itu jadwal UTS ma..
Mama : Oke sip, berarti Hones nggak ikut.
Gue : Kemana, ma?
Mama : Ke Bali.
Gue : MA, UTS NYA BISA MINGGU SATUNYA LAGI. NTAR DIURUS KE DOSENNYA. NES IKUT YA.

Begitulah, kesempatan jalan-jalan nggak boleh dibiarkan lewat begitu saja. MAKA SESEMPIT APAPUN WAKTUNYA, MESTI DIPERJUANGKAN. Hari-hari berikutnya gue sibuk bujuk-bujuk dosen yang bakalan ngadain UTS pada minggu gue "cabut" itu.

November 2013..

Gue : Mam, minggu depan saya izin mam, mau nganter mama ke CGK (ini alasan basi amat). Kalau saya UTS susulan bisa Mam?
Dosen : Kalau kamu susulan berarti saya mesti bikin soal 2 dong? Saya nggak mau, ribet.
Gue : *anggap aja ibadah, Mam. (ini gue bilangnya dalam hati aja)* hmmmm *hening, pasang muka memelas*

5 menit kemudian gue masih putar otak, pasalnya kalau gue gagal mata kuliah ini, kesempatan PL (Praktek Lapangan) gue juga terancam ditunda.

Kemudian Ibu Peri entah darimana datang, muka dosen gue tiba-tiba bercahaya, Keriput wajahnya menghilang, beliau tampak 20 tahun lebih muda dan dengan bersahaja beliau ngomong.

Dosen : Yasudah, kalau kamu mau berangkat, pergi aja. Ntar kalau sudah pulang kita pikirkan lagi gimana ujian kamu. Ya?
Gue : (Really? You are not kidding me, right?) Serius Mam?
Dosen : Iya.
Gue : Makasih, Mam. *Gue peluk dosennya kenceng-kenceng. Ini dosen kece banget daaahh...*

Berhubung yang ngadain UTS di minggu itu cuma mata kuliah si Mam ini, maka gue anggap mata kuliah lain UTS-nya aman. Maka dengan langkah seribu gue balik pulang kampung buat packing. Yah, kesempatan jalan-jalan ditengah kekampretan tugas kuliah dan UTS itu kayak liat air di Padang Panjang Pasir. SEJUUK MEEENNN..

Sebelum berangkat gue jungkir balik dulu ngerjain tugas buat minggu ke-cabut-an gue yang banyaknya Naudzubillah. TAPI DEMI JALAN-JALAN, GUE RELA. Semua tugas yang setengah matang, gue titip ke temen yang baik hatinya untuk dimatangkan. Makasih ya ceman-ceman yang baik hatinya dan tidak sombong.. hahaha (lebay lo ) :P

Day 1, Jakarta.
Yah, kalau ibukota bisanya cuma jalan di mall sampai bikin kaki nggak berasa kaki lagi. Maka, gue skip bagian ini, gue nggak ke mall. Gantinya, gue janjian sama adik-adik tercinta.
"We are Karate-ka" he said.
Dua adek sepupu kece ini ternyata Karate-ka juga. Yang cowok sabuk biru, yang cewek sabuk kuning setelah 2 tahun mereka masuk Dojo (tempat latihan), dan gue 3 tahun masih stuck di biru. Sebagai kakak gue merasa gagal.

Day 2, Bandung
Ada cerita apa ya di Bandung? Kasih tau nggak ya? hahaha

SKIP THIS CITY.. Nggak ada yang penting untuk dipublikasikan.

Day 3, Jateng featuring Yogyakarta
Jadi hari ketiga ini saatnya main patung di Borobudur. Panas Meeennn. Dari kejauhan gue udah liat ada Arjuna turun dari kahyangan, dan mendarat di depan stupa barat. BUKAN DING, gue liat rombongan bule yang entah kenapa lebih mirip mahasiswa baru yang lagi kena ospek. Ini penampakan mereka:
Yang baju merah itu seniornya.

Awalnya nggak tertarik buat buntutin si bule-bule ospek itu, tapi pas lagi asiknya poto-poto, eh, sibulenya ada yang ngajakin ngobrol. Cakep lagi.
Sengaja di itam putihkan biar nggak rasis.
 
Dan sepanjang pantauan gue, itu bule ngajakin ngobrol orang-orang berkulit eksotis (baca; GELAP). MAKA NIKMAT KULIT GELAP MANA LAGI YANG KAMU DUSTAKAN?? *Ini bukan rasis, tapi sedikit narsis.

Nah, setelah gue selesai dengan penelitian mengenai si bule ini, maka gue beranjak turun karena gue ILANG. IYA. ILANG MEEN.
Dengan mata berbinar-binar gue liatin kesegala penjuru dan nggak nemu penampakan orang yang gue kenal. MAMA, PAPA, ANAKMU JADI STUPA AJA DISINI.
Finally, gue putusin untuk enggak panik. Gue tarik napas dalam-dalam, dan bau ketek tante-tante India yang memakai sari di sebelah gue pun terasa mencekat. Gue keselek dan tiba-tiba seekor naga terbang mendekat dan nyampe bawah gue liat Mama duduk anteng dibawah pohon tanpa tahu anaknya hampir terbunuh oleh pembunuh berketek dingin asal India.

And then, we moved to Yogya. I tried to contact my friend but sialnya kita nggak bisa ketemu. Rencana mau malakin keliling Yogya plus wisata kuliner. Tapi yasudahlah, gue masih bisa nongkring kece kok sama Bapak-bapak becak sambil minum kopi pakai bara api.

Day 4, Pantura.
Seharian jadi anak jalanan dulu. Kiri kanan banyak lumbung garam dan ladang garam. Pasti makanan disini asin, jadi gue putusin buat tiduuurrr.

Day 5, here we go... BALI.
Subuh, gue nyebrang dari Ketapang ke Bali. Cuaca begitu mendukung, cerah kebangetan dan view dari kapal ferinya kece gila.
Gue motonya setelah kaki gue dimuntahin Ibu-ibu. hahahahANGET

Nah, injakan kaki pertama gue di pulau dewata diiringi bunyi "beep" dari kantong. APA ITU? RANJAU? TIARAAAPPP...
BUKAN WOII.. itu bunyi nada SMS yang masuk. Ada 2 "beep" dan dua duanya dari teman sekelas. Satu dari ketua kelas dan yang satu dari teman sekelompok. MATIK. PERASAAN GUE ENGGAK ENAK.
Setelah gue pastikan backpack gue masih aman, dan camera udah gue simpen lagi dan tangan gue dalam keadaan megang hape dengan pandangan panik dan berkeringat dingin, akhirnya gue buka jga SMS itu. BENAR SAJA PEMIRSAH. Isi SMS itu kira-kira begini:

SMS 1 (Ketua)
"Niang (panggilan gue), ado tugas MID Extensive Reading dari Pak K*s. Kumpua Jumat bsk". Bahasa Indonesianya, "Nes, ada tugas MID Extensive Reading. Kumpul Jumat besok." Kejutannya adalah GUE MASIH DISINI AMPE JUMAT.

SMS 2 (Teman Sekelompok)
"Udah tau kan ada tugas MID Extensive Reading? Ini dia syarat dan ketentuannya:
Cari dua buah jurnal, bla bla bla bla bla bla. Kirim ke facebook atau e-mail ketua"
Kejutannya adalah GUE NGGAK BAWA LEPTOP DAN MODEM DAN GIMANA BIKIN TUGASNYA?? AAKKKKK *mimisan.

Nah, untungnya di Bali gue punya waktu dua hari. Alhamdulillahnya pake nginep di hotel. Skedulnya hari pertama itu nemenin rombongan studi banding ke kantor PUSKUD Bali. Karena gue pergi sama orang kantor, maka gue berharap ada gitu yang bawa gadget atau laptop. Bisa dong gue pinjem buat bikin tugas. Alhamdulillah lagi ternyata ADA yang bawa Leptop lengkap dengan modem. *Peluk monumen Bom Bali.

Maka, disaat-saat kritis gue bikin juga tuh tugas. Di Bis gue nyari journal ampe MUAL. Iya. Pas rombongan lagi meeting gue baca tuh jurnal. Nah, hebatnya, pada saat gue nyampe di pantai Kuta dan Tanah Lot, seakan tugas itu hanyut dengan deburan ombak pantai, dan mumpet di bikini para bule. Sudahlah.

Jadi, gue nginap semalam di hotel. Gue sekamar sama Ibu Endang. Nah, karena gue udah puyeng sama urusan tugas dan si Ibu sudah rempong dengan barang belanjaannya, maka kita pun jalan kayak zombie menyerang hotel.

Maghrib menjelang. Kita kebagian kamar di lantai 4. Nomer kamarnya 4213. Angka 4 di awal menunjukkan lantai keberadaan kamarnya.
Gue sama si Ibu naik lift dan kebetulan ada orang lain di lift itu. Orang asing itu mencet tombol 3. Oke, lift kebuka di lantai 3. Entah kenapa gue sama Bu Endang ikutan turun di lantai 3 dan nyari kamar masih dengan sempoyongan. Maka sampailah kami di kamar 3213. IYA, ITU KAMAR YANG SALAH BESAR. Beda angka depannya doang dan KITA NGGAK SADAR. Jadilah kita masukin kunci kamarnya dan mencoba dengan sepenuh hati untuk membuka kamarnya. You know? Nggak bisa dibuka kamarnya.

Setelah sekian menit mencoba membuka pintu tersebut dengan kebisingan yang berisik banget, akhirnya pintu terbuka dari dalam. IYA, ADA YANG BUKAIN DARI DALAM. Kita kaget bukan main karena penampakan yang muncul dari dalam kamar mengerikan. Sosok laki-laki muka India berkulit gelap dan berjenggot dan cuma pake handuk. MATIK. Gue memutuskan untuk pura-pura tidak mengerti dan tidak mengenal Bu Endang kemudian melengos pergi. Maka, jadilah Bu Endang ribuan kali bilang "Sorry, Sir." Bahahahaha

Jadilah sampe kamar kita yang bener, kamar 4213, gue dinyanyah habis-habisan karena ninggalin Bu Endang. HAHAHAHAHHAHAHA

Kembali ke masalah tugas. Gue berinisiatif mau manfaatin fasilitas hotel malam ini dan menolak ajakan buat mabuk jalan-jalan malam di sekitar pantai Kuta.
Fasilitas yang terlintas di benak gue adalaha WiFi. MAKA WiFi HOTEL MANA LAGI YANG KAMU RAGUKAN?? dengan semangat gue tanyain password WiFi ke Bli yang jaga meja resepsionis malam itu. Dan, berkat bisikan pasword dari si Bli, tugas gue mendarat di e-mail ketua malam itu juga.

Fyuuuhh, maka jadilah gue kebut tugas dan liburan gue pun terlindas. -___-"

And, MISSION COMPLETED. Jalan jalan + Bikin Tugas. (Tanah Lot, November 2013)













Sunday, January 26, 2014

EPIC INTERNATIONAL CITY

Postingan kali ini bakalan bahas pengalaman ngebolang gue di kota international alias International City. Coba tebak, kota apakah yang dimaksud?

Jakarta? BUKAN
Bandung? BUKAN
Bukittinggi? BUKAN *ya kali, Bukittinggi :P

Oke, yang gue maksud adalah kota Mpek-Mpek, PALEMBANG!! Kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan ini memang besar. Namanya juga kota besar. Daaaan, yang paling gue demen, porsi mpek-mpek, tekwan, dan model disini juga besar. Dan dengan besar hati gue mulai petualangan gue ke kota ini dengan kena PHP teman seperjalanan.

Menurut rencana, gue dan dua temen, sebut saja Yunca dan Bellod akan melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan ke Palembang pada tanggal 17 Januari kemaren. Berhubung keluarga si Bellod ada di Palembang, maka dengan segala hormat posisi guide kita pasrahkan ke pangkuan Bellod. Maka, dengan mantap Bellod bilang kalau kita akan berangkat dari Bukittinggi pada pukul 9, pagi. IYA, PAGI. Satu yang bikin males kalau janjian pagi di Bukittinggi, MANDI. Mandi pagi itu dingin bangeeet, apalagi yang baru datang dari kota panas seperti Padang #sok.

Nah, karena kita kuat dan semangat ngebolang yang udah melebihi semangat apapun, maka jam 8.30 gue sama Yunca udah duduk manis di loket bus. Informasi pentingnya adalah, loketnya masih SEPI PAKE BANGET. Awalnya kita nyantai aja, duduk manis di emperan depan loket sambil terus berterimakasih pada jaket yang untungnya nggak ketinggalan. Kita berdua menunggu si Bellod yang masih diatas bus Palembayan-Bukittinggi. Setelah sejam menunggu, akhirnya sabar itu habis juga, dengan mata berapi-api kita hubungi si Bellod.

"Bell, dima? Kok lamo? (Bell, dimana? Kok lama?)," Yunca bertanya dengan semangat bung Tomo saat zaman penjajahan.
"Yo, ko masih di matua a, bus barangkek jam 11 kok, santai. (Iya, gue masih di Matua, busnya berangkat jam 11 kok, santai aja),"  Bellod menjawab dengan santai.

Bellod KELEER, kita berdua merasa di PHP-in. (Dari jauh terdengar Ratu Sikumbang bernyanyi, Raso nyao, pulang ka badan...) Oke, abaikan.

Korban PHP Bellod


Masih emosi sama PHP-nya si Bell, tiba-tiba datang seorang Ibu, pakaiannya nggak lusuh-lusuh amat, pake tas, dan megang duit dua ribu.
"Nak, ada uang tiga ribu?" tanya si Ibu.
"Cuma ada seribu, bu," gue jawab karna uang kecilnya emang cuma ada segitu dikantong.
"Nggak, Ibu mau mintanya tiga ribu, temannya satu lagi ada nggak?" sepertinya si Ibu mulai malakin kita.
"Adanya cuma lima ribu, bu," jawab Yunca.
"Yaudah, bawa sini uang lima ribunya, Ibu balikin dua ribu," Si Ibu lantas mengambil uang lima ribunya dan balikin dua ribu daaaann melengos pergi. Gue sama Yunca masih terbengong bengong, nggak tau mau komentar apa.
"Ne, kita dipalakin ne," ucap Yunca setelah kita bengong sampe nge-ces.
"Iya Yunca, percuma kita kuliah didikan militer sama Pak Hamzah ya," jawab gue masih bengong aja.

Setelah beberapa lama, IYA, BEBERAPA LAMA. Akhirnya penampakan Bellod pun semakin nyata. Dengan senyum Onta dia turun dari bus dan bilang, "Are you ready, guys?".
"Ready?? Udah dari shubuh BEELLLL," dengan harmonisasi ala JKT 48 gue ama Yunca teriak-teriak di depan loket bus.

 Finally, kita naik bus juga. Entah sebagai pelampiasan karena di PHP atau karena bahagia sudah mem-PHP, Yunca dan Bellod membeli semua jajanan yang di jaja-in di atas bus. Gue yang pada dasarnya nggak suka jajan #eaaa #pencitraan terpaksa ikutan jajan. Dan kebodoran berikutnya terjadi di terminal bus Solok. Seorang Ibu-ibu paruh baya, sebut aja Ibu Bika menjajakan Bika panggang. Karena penasaran dengan apa itu Bika Panggang, Yunca membeli satu, sebut aja itu sebagai tester. 

"Harganya satu dua ribu, nak," kata si Ibu sembari mengambilkan Bika panggang untuk Yunca. Maka, melayanglah uang dua ribu ke kantong si Ibu. Sampai disini kita nggak ngerasa ada yang aneh. Si Ibu melanjutkan perdagangannya ke bangku depan.

"Bika panggangnya, Pak, satunya seribu," tawar si Ibu pada seorang Bapak-bapak bersorban di bangku depan. Kita bertiga kembali bengong. Bukannya tadi harganya dua ribu? kenapa secepat petus kilat berubah jadi seribu? Kita merasa dibohongi. Sebagai anak ekonomi gue menyimpulkan begini:

"Kenaikan harga jajanan di atas bus berbanding lurus dengan sisa waktu mangkal bus di terminal." Semakin sedikit waktu yang diberikan supir, maka semakin murah harga makanan yang ditawarkan, daripada tidak ada yang beli, mungkin.

Keesokan harinya, kita mendarat juga di Palembang, kota yang berpenduduk 1,7 juta orang dengan kepadatan penduduk 4.800 per km² ini ternyata panas juga. Tambah panas lagi melihat dimana-mana banyak poster caleg dengan foto hasil photoshop profesional tertempel di setiap penjuru. Yah, namanya juga usaha. Pffftt.

Selanjutnya kita bertiga dijemput sama Om-nya Bellod ke terminal. Sekitar sejam-an, nyampe juga di rumah tantenya Bellod, kalau nggak salah di daerah Perumnas. Coba tebak, kejutan apa lagi disini? Ternyata keluarga besar Bellod banyak di Palembang DAAAANNN SEMUANYA PADA PUNYA RUMAH MAKAN PADANG. MAKA NIKMAT JALAN-JALAN MANA LAGI YANG KAMU RAGUKAN? #ups hahaha Selama di Palembang kita mendapat asupan gizi lebih dari asupan gizi bayi baru lahir.

Esoknya kita jalan ke Indralaya. Itu, kampusnya Univ Sriwijaya. Orang tuanya Bellod jualan nasi Padang di depan kampus Unsri itu. Maka dengan niat numpang tidur, numpang makan dan mau jalan-jalan ke Unsri, kita nyampe di sana siang, jam 12-an. Gue baru sadar, ini kota debunya lebih dahsyat dari lagu Butiran Debu. Jujur, entah gue aja karna belum terbiasa, debunya bikin nafas sesak #serius. Lalu, bagaimana dengan kampus Unsri? Kita rame-rame kesana, gue, Yunca, Bellod, serta Kiki dan Akbar (adeknya Bellod).Komen gue, kampusnya kece, adem, bersih, tapi ada beberapa sudut gelap yang serem juga.


Nah lanjut, ceritanya pada hari Senin, kita bertiga udah rencana mau jalan-jalan seputaran Jaka Baring dan lanjut ke Ampera. Kita mulai jalan dari Indralaya, kan kita numpang di rumah orang tuanya Bellod. Belum puas ngebolangnya, tiba-tiba gue di-pipis-i langit di atas ampera. UJAAAAN. Maka kita lari-larian ngejar bus kota dan mendarat di salah satu mall. Kecenya, kita berteduh di bioskop.

Berita kampretnya, selama film berlangsung, Bellod udah duluan ceritain ending filmnya. GREGET pengen tabok Bellod. Kita nonton film Tenggelamnya Kapan Panderwik (gue nggak ingat spelling-nya gimana). Film ini nyeritain si Zainuddin yang bukan orang Minang tidak dibolehin nikah sama Hayati, gadis minang asli. Kalau mau tau endingnya, tanya Bellod. Hahaha

Habis nonton kta pulangnya kemalaman. Naik angkot yang isinya emak-emak semua. Nah, dari kursi depan kita mendengar ibu-ibu dibelakang ngomong bahasa minang. Yunca dengan sotoynya bilang ke Ibu-ibu itu, "Urang Padang, buk?". Dengan logat Pariaman yang kental si Ibu menjawab, "Iyo nak, Ibuk ughang Piaman (iya nak, Ibu dari Pariaman)" maka gue langsung kangen sama sala, makanan khas Pariaman. Maka panjanglah cerita kita dengan si Ibu di angkot. Seorang Ibu disamping gue ternyata orang Palembang bersuamikan orang Padang. Dengan bangga Ibu itu ngomong, "Saya suka Rendang, dia suka Mpek-mpek, nggak masalah kan?", jadi anggap aja itu angkot isinya Minang semua.

Si Ibu orang Pariaman duluan turun dari kita. Kondisi angkot yang jendelanya rendah banget, bikin susah liat keluar, menyusahkan si Ibu untuk liat tempat pemberhentiannya. Nambahin kesel, si sopir angkot juga agak budeg dikit. Karena keselnya udah maximal, si Ibu mengumpat dengan logat Pariaman yang semanis Sala, "Angkot Kanciang, Sopir ele," yang artinya kira-kira "angkot kece, sopir ganteng" Hahaha. Ya kali..

Karena telinga gue udah lama nggak denger umpatan demikian, apalagi ini bukan di Padang, sontak kita bertiga ngakak, parahnya udah 3 jam masih aja ketawa.

Sebelum pulang ke Bukittinggi, kita nyempetin buat berketek-ketek ke Pulau Kemaro. Disana ada kuil gitu. Keren BEUD. Dengan cool-nya gue naik ketek dan duduk di depan, tanpa tau apa yang terjadi dibelakang. TERNYATA BELLOD CEMAS TINGKAT INTERNATIONAL KARENA NGGAK BISA BERENANG. Gue sebenarnya juga nggak bisa berenang, kalau keteknya karam satu-satunya cara ya gue bakalan minum air sungai Musi sampe kering biar nggak kelelep.
Diluarnya narsis aja, dalamnya ketar-ketir, takut kelelep.



Setelah beberapa hari, akhirnya kita diusir juga dari Palembang. Tepatnya mengusirkan diri sendiri. hahaha Bellod bilang busnya akan berangkat jam 11. Maka kita jam setengah 10 udah siap buat berangkat. Tapi lagi lagi hobi PHP Bellod kambuh lagi. TERNYATA BUS BERANGKAT JAM 10.  DAN BUAT KE LOKET BUS MEMBUTUHKAN WAKTU 1 JAM-AN. Maka sempat pupus juga harapan untuk pulang hari itu. Tapi tidak tau kenapa, gue sama Yunca ngotot mau pulang. Sekali lagi, kita ngerepotin oomnya Bellod. Kita Kejar itu bus. Gue berasa dalam adegan film Fast to Furious dan kayak lagi main PS balapa gitu. Ngeri juga nih Oom-nya Bellod. Akhirnya kita dapat bus itu juga (soundtrack : Afgan-Bus pasti bertemu #eh)


Gue nyampe rumah pada Jumat pagi. Terimakasih banget sama temen temen yang udah sudi nolongin ngisiin KRS (Kartu Rencana Studi) gue, karna pada waktu yang ditetapkan gue masih terombang ambing di Bus pulang. hahaha (Maaci Ramah dan Nisa) hehehe.

Jumat malam gue dapat kabar kalau Padang Panjang banjir besar, dan jalan yang gue lalui tadi siang, untuk balik ke Bukittinggi nggak bisa dilewati. Seandainya gue nggak dapat bus pada waktu itu, dan gue undur pulang sehari, mungkin gue bakalan terlantar di bus.

Nah, satu yang masih gue bingungkan, yaitu International city. Saat gue tau kalau Palembang itu slogannya International City. Waktu ada yang ngasih tau slogan itu, gue malah ketawa, ALASANNYA APA? Gue kira yang bilang itu becanda aja. Ternyata setelah liat beberapa Bus Trans Musi dan menyelidiki sudut sudut sekitar Ampera, gue menemukan banyak tulisan "Palembang, International city." Kalau ada yang mau jelasin alasannya gue akan sangat berterimakasih karena sampai saat ini gue masih belum tau kenapa sampai jadi International city.

Tapi kalau diliat fasilitas dan pencapaian Palembang, boleh deh disebut International city. Kesimpulannya, gue senang bisa ke Palembang walau banyak yang wanti-wanti "Kalau ke Palembang hati-hati barang bawaan". Memang keamanannya masih belum bisa dibilang aman. Terus, kabutnya bikin nyesek. hahaha

TAPIIIIII, MAKANANNYA BIKIN NYESEKNYA ILANG. Pindang, Model, Tekwan, Mpek-mpek. Kudu cobain mereka kalau ke Palembang, yang asli Palembang rasanya beda lho. ;)

At the end,  gue mau ucapin Big Thanks, terimakasih banyak banyak banyak untuk Bellod dan keluarga besar Bellod di Palembang yang udah sudi gue repotin selama di Palembang. Hahaha Makasih etek, oom, uni, adiak, apa, ama :) 

Makasih teman seperjalanan yang kayaknya banyak dapet apes selama di Palembang. hahaha Colek Yunca :D

Next time, pengen ke Palembang lagi. Pengen ngerepotin lagi. hahahaha #siap-siap dilarang ke Palembang. haha :D