new

Saturday, May 23, 2015

L.D.R

"L" nya panjang, kek rute pesawat.

Ada banyak kepanjangan LDR menurut para ahli. Ada yang bilang Lelah Disiksa Rindu, Lelah Disiksa Revisi, Lama-lama Direbut Orang, Long Distance Reladiboongin, atau bahkan bisa jadi Light-Dependent Resistor (ini entah apa, gue nemu ini di wikipedia :P). Kepanjangan yang benar dan yang gue maksud disini adalah Long Distance Relationship.
Apaan tuh artinya?
Gue yakin udah pada tau deh artinya. Iya, bahasa sederhananya "aku disini dan kau disana" alias hubungan jarak jauh. Bahasa kasarnya yang sering temen-temen gue bilang adalah "hubungan setingkat diatas jomblo." *kemudian disiram air keras dari seberang sana. Hahaha
Dari sekian banyak kepanjangan LDR, enggak satupun yang berarti bagus, jelek semua. Jadi, masih mau LDR-an? Masih kuat LDR-an? hihiw *coba bertanya pada jarak yang terpampang.. Eaaakk

Menurut gue, ada 3 tipe LDR.
1. L                                     D                                       R
Ini adalah tipe LDR yang sesungguhnya. Jarak antara keduanya bisa antar pulau, atau antar negara. Menjalani LDR tipe ini semacam ngeri-ngeri sedap. Ngeri liat harga tiket pesawat dan tetap sedap walau ketemunya cuma via skype. Orang-orang yang menjalani LDR versi ini biasanya hobi liatin peta dan tanggal. Ngitung jarak dan ngitung hari. Hahahaha kesian.
Tapi jangan dianggap remeh, mereka yang bertahan adalah sebagian kaum teraniaya yang hebat dan butuh sponsor dari provider yang menyediakan nelpon gratis seharian dan quota internet yang banyak serta jaringan yang oke. Yang paling penting adalah mereka butuh sponsor dari berbagai maskapai penerbangan. *sebar surat permohonan #eh

2. L              D               R
LDR tipe kedua ini adalah orang yang LDR-an nya cuma sebatas antar kota dalam propinsi (semacam angkutan umum -_-). LDR tipe ini bisa dibilang "enggak ketemu segan, bayar ongkos nggak mau". Kenapa begitu? karena mau ketemu tiap hari tapi mesti melakukan perjalanan beberapa jam dan ngabisin ongkos yang cukup buat beli kuota internet untuk skype-an selama 5 jam, galau nggak tuh? Nanggung LDRnya, sana jauhan lagi. #eh hahaha *kemudian disiram bensin.

3. L  D  R
Nah, ini gue yang sedih nulisnya. LDR yang ini adalah untuk orang-orang yang sebenarnya nggak LDR. Tapi ya gitu.
Mereka satu kota? IYA.
Deket? BANGET.
Kenapa dibilang LDR? karena mereka dipisahkan oleh kesibukan masing-masing. Udah, nggak usah dilanjutin yang ini. Kasian.

Well, sebenarnya apa sih serunya LDR dibanding pacaran yang bisa ketemu tiap hari? Berdasarkan penelitian gue, orang-orang yang LDR itu lebih menghargai waktu. Bagi mereka, sedetik ketemu itu udah berharga (ya kali nes, gimana ketemunya kalau cuma sedetik doang?). Jadi sekalinya ketemu, mereka bakalan ngerasa itu "mewah" banget. Kayak anak kost-an diajak makan di Bistro mahal. "Beda sama yang pacaran yang bisa ketemu tiap hari," ujar Bunga (sebut saja begitu) yang udah setahun lebih LDRan. Padahal si Bunga beserta para jomblo iri juga noh liat orang yang bisa ketemuan kapan saja diamana aja. hahaha

Sisi lainnya adalah orang LDR ini lebih kalem. KALEM, bukan KALAM (artinya gelap dalam bahasa Minang). Tapi ada juga sebagian LDR yang KALAM (baca: kulitnya kalam gelap. hahahaha). Oke, gue nggak bermaksud rasis atau semacamnya. Kenapa LDR itu kalem? Karena mereka sibuk kangen-kangenan sehingga mereka sering melamun yang mana sebagian orang menafsirkannya sebagai sifat yang kalem. (ini maksa banget penjelasannya, Nes -______-)

Para pengidap LDR akut ini juga harus kuat di PHP-in.
Maksud lo?
Misalnya gini, misalnya nih, hmmm.. contoh ya.. *mikir keras.
Misalnya:
Cowok : Mama, lagi apa?
Cewek : Lagi makan, mau barengan?
Cowok : Mama, CURHAT DONG..

Oh Tuhan, gue salah. Ini dialog pasiennya Mama Dedeh. Maaf kan penulis pemirsah. Ya kali jaman beras plastik pacarannya masih panggil Mama Papa -_-
Nah, udah tau kan PHP nya dimana? Ya itu, udah tau nggak bisa makan bareng, pake ditawarin makan bareng. hufffttt. Tapi PHP ini yang bikin LDR-annya berasa, semacam bumbu penyedap. Haha

So, Apa aja sih yang nempel banget sama anak-anak partai LDR ini?

PERTAMA. KANGEN!. Hayoooo, pasti para LDR pada angguk-angguk nih baca yang ini. Tingkatan kangennya itu bisa macem-macem. Sehari nggak ketemu mungkin mikirnya, "hmmm g pp, cetek banget sehari doang udah bilang kangen." Seminggu kemudian, "Udah seminggu ya, Semangat!". Sebulan kemudian, mulai deh tuh ngiris-ngiris bawang. Setahun kemudian, nangis-nangis sambil buka trav*loka.com. Kalau udah lebih setahun, hmmm nggak tau deh. Hanya mereka yang tegar yang bertahan #eh. hihi :D

KEDUA. Pasangan LDR ini paling hapal sama yang namanya PAKET NELPON MURAH. Coba deh tanya sama mereka yang LDR. Pasti pada tau harga paket nelpon murah di setiap provider. Soalnya pada survey dulu sebelum mereka beli kartu, biar nggak rugi-rugi amat. Hihi. Tapi hal ini tidak berlaku bagi pasangan LDR yang LDR-an antar negara, dan LDR yang sinyal di tempat pasangannya cuma ada sinyal provider si Merah, untung dikit ada si Biru. Hahaha If you know what I mean. :P
Selain itu, LDR-an ini juga akrab dengan istilah KEBABLASAN NELPON. Nah, ini, INIIII. Emang kalau lagi nelpon berdua itu suka lupa waktu sampe nggak nyadar kalau paketnya udah habis. Jadilah telpon putus dijalan gegara paket abis, pulsa pun ikutan habis. Hahaha. Coba kuliah juga bisa sampe lupa waktu, pas masuk kuliah semester 2, tiba-tiba udah wisuda aja gitu. #abaikan

KETIGA. LDR ini sering banget ngarep pintu kemana saja Doraemon itu ada atau bahkan Naga terbang sekalipun boleh asalkan bisa nganter mereka melewati gunung, turuni lembah, nyebrang laut, hingga akhirnya mengantarkan para pasangan LDR ini keliling dunia (Ya kali, Nes). Ini LDR pada tahap yang patut dikasihani dan diberi tiket pesawat PP. #eh

At the end, pada nyatanya ada yang berhasil LDR-an, dan ada juga yang mengakhiri LDR-annya karna berbagai alasan, seperti "Kamu terlalu baik jauh buat aku", "Aku mau fokus SBMPTN dulu","Aku mau belajar bikin beras plastik dulu", dan yang paling klasik adalah "Aku nggak kuat jauhan." Menurut pemikiran gue sebagai seorang calon sarjana Pendidikan Bahasa Inggris, apapun cobaannya kalau memang ingin bertahan karna hati, maka tidak ada alasan untuk berhenti #uhuyyy.

Jadi, tetaplah semangat para LDR yang budiman. The longer you wait for something, the more you will appreciate it when you get it. Because anything worth having, is definitely worth waiting. Tetaplah sabar hingga hari itu tiba. Yosh, Ganbatte kudasai ;)

For your information,  postingan gue kali sebagai syarat taruhan potong rambut sama Abang ini.
  
"Asem ni anak, jadi juga dia posting. Rambut gueeeehhh," Hasduni (Nyaris 23 tahun).
Kalau gue posting blog post yang baru, maka beliau ini katanya mau potong rambut yang mana rambut ini sudah berbulan-bulan dipanjangin dan disayang-sayang dan udah ngabisin berbotol-botol shampoo buat perawatan. Selamat tinggal rambut panjaaang :P *kemudian ditimpuk pake Tekwan. hahaha :P

Maka sampailah kita pada saat yang berbahagia, dimana postingan ini gue tutup dengan mendoakan kaum LDR supaya langgeng dan yang nggak LDR supaya LDR secepatnya #eh.








   

Sunday, March 1, 2015

(Hampir) Tenggelamnya Minas Mega

*Bip
Hape gue yang keren (pada jamannya) tiba-tiba berbunyi sendiri. Ih, tumben ada yang SMS, palingan provider. Lalu tanpa melihat siapa yang SMS, gue lanjut bikin tugas skripsi bongkar-bongkar 9gag. Setengah jam berlalu barulah gue liatin hape lagi dan jeng jeeeng, ternyata bukan provider pemirsah. Gue gemetaran, nafas sesak, gue terharu karena gue jarang di SMS-in orang, maka dengan semangat membara gue baca SMS dari Mega yang mana isinya merupakan sebuah kabar bahagia sejagad. Malam itu Mega SMS gue, ngajakin masak-masak bareng besoknya walapun sebenarnya gue tau Mega males ngajakin gue karena gue nggak doyan masak, doyannya nyicip doang. Rencananya habis kuliah kita belanja bahan, terus masak deh di kosan barunya Mega. Ceritanya, Mega awal semester kemaren pindah kosan bareng Adek. Jadi acara makan-makan kali ini temanya SYUKURAN KOSAN BARU MEGA DAN ADEK. *kemudian kasih soundtrack KOSAN PASTI BERTEMU by APGAN.

Mega ini bukan ibunya Megatron ya, ingat itu. Mega adalah sosok keibuan tapi bukan seperti Megawati juga. Jadi Mega ini pokoknya begitulah. Anaknya sabar banget, bukti kesabarannya adalah dengan mengundang kami semua ke kosannya dia buat makan. IYA, MAKAN. hahaha

Nah, di SMS undangan itu, Mega menyertakan kalimat turut mengundang niniak mamak eh yakali nikahan -_-, maaf, salah fokus. Mega juga mengundang para wanita super dan sering kalap kalau udah ketemu yang namanya makanan, here they are,

TAMU UNDANGAN
Sebelumnya gue kenalin dulu tamu undangan yang ada di foto. Urutannya dari kiri ke kanan yaa..
Yang paling kiri itu adalah orang yang paling sering masuk blog gue. Saking banyaknya nama dia di blog ini, maka nama Yunca gue ganti aja jadi SYAHRINI. Domisili di Padang, lagi berusaha move on dan suka men-delcont kalau kita nggak test contact atau BBM dia dalam jangka waktu 2x24 jam. Kejam.
Yang bajunya beda sendiri (baju merah), itu gue. Setengah anak kos, setengah anak rumahan. Paling sering pulang kampung dengan alasan "mumpung kampung belum jauah dimato." Anaknya tengil dan enak banget diajak makan, apalagi kalau dibayarin #eh.
Yang tengah itu namanya Ira. Paling bijaksana diantara kami yang cuma bijaksini. Makanya gue suka manggil Ira dengan sebutan Umak (Ibu). Suka nanyain tugas pas lagi ngumpul dan ngerumpi. Alhasil, jadilah kita cuekin Ira kalau udah nanya tugas, dan panik pinjem tugas Ira waktu tugasnya mau dikumpul. Maafkan anakmu, Mak.
Nomer dua dari kanan, Icailla. Ponakannya Saipul Jamil. Dikit-dikit dinyanyiin, mentang-mentang suaranya bagus. Dalam event apapun diantara kami, Icailla adalah seksi cuci piring. Bahkan dia sudah menganggap cuci piring adalah salah satu hobinya. Ngenes.
Yang paling kanan adalah Ramah alias Mrs.Right. Mrs. Right pinter masak, suka beres-beres, pokoknya calon mantu idaman daah. Lagi belajar cara makai pensil alis. Nggak mau neko-neko sama Mrs. Right, takut nanti dia marah dan jadi Mrs. Not Fine.

Jadi, sepulang kelas Interpretation Rabu itu, kami bertujuh pergi ke sebuah super-lapau (semacam supermarket versi KW) untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Sebenarnya bukan kami yang belanja milih-milih bahan, tapi cuma Mega dan Ira, selebihnya ngadem depan showcase minuman dingin.

Sebelum membeli bahan, kami merundingkan kira-kira menu apa yang enaknya dimasak diwaktu ujan-ujan gini. For your information, seharian itu ujannya deras banget, sederas cinta gue ke...... #oke salah fokus lagi.
Yunca Syahrini ngasih usul supaya kita masak spageti aja. Karena masak spageti dirasa terlalu susah, maka gue kasih usul supaya kita masak rendang aja gitu yang agak simple-an dikit. Kemudian mereka rame-rame ceburin gue ke got, padahal gue nggak tahu salah gue apa. :|
Setelah dua jam diskusi di super-lapau, maka kita berkesimpulan kita masak Minas aja. Minas itu semacam makanan bergizi ala anak kos. Kalau di restoran biasanya dikasih nama fried rice with chilli combine with noodle served with a sauce



Sesampainya di kosan barunya Mega dan Adek, tanpa berlama-lama, Mega sebagai tuan rumah membuka suara dengan mengajak kami semua mulai masak didapur. “Yok, mulai yok,” ajak Mega dengan berjumawa. Maka dengan berjamaah kami serempak menjawab “selowww, Ga. Bentar lagi dong.” Emang kami semua tidak bisa diandalkan.

Dengan air mata berlinang karena telah menyesal mengundang kami, Mega mulai megiris bawang. Yunca Syahrini kemudian menghampiri dengan hati yang sudah teriris. Gue bengong sambil pegang sendok (siap sedia kalau ada yang mau di cobain). Icailla mulai mencuci luka dihati. Ira mulai memanaskan semangat Skripsi yang mulai memudar. Mrs. Right kemudian datang dengan membawa semangkuk kebenaran. Ya, kami semua kumpul di dapur kecuali Adek. Kemana Adek?  

Anak Hilang
Ternyata Adek dengan santainya nyari resep Minas di novel Sherlock Holmes. Adek ini penggemar berat hal-hal yang berbau detektif dan teori konspirasi (bukan konspirasi hati). Jadi kalau ngomong sama Adek ini (walaupun percakapan normal seperti nanyain tugas buat besok apa) kita bakalan berasa dilempar ke ruang interogasi dengan lampu yang hanya nyala satu dan bergoyang-goyang kemudian Adek datang sambil gebrak meja kemudian terjadilah dialog begini:
Adek : "Katakan padaku, Suketi. Apa yang mesti kita kumpul besok?" (*brak, meja digebrak)
Gue   : "nggg anuu.. itu..."
Adek : "HUAPAH? Kau ngomong apa, Suketi?" (*kemudian Adek ngisap cokolatos)
Gue   : (Kemudian gue komat-kamit bacain ayat kursi supaya Adek kembali normal).

Oke, kembali ke dapur. Masing-masing personel sudah stand by di posisi masing-masing. Gue ama Syahrini cuma tahan 5 menit ngiris-ngiris bawang sambil ngerumpi. Kek ibu-ibu komplek banget ya. -__-

Percayalah, ini bukan setting-an.
Kira-kira percakapan di foto itu seperti ini:
Yunca : "Nes, kredit panci yang kemaren berapaan?"
Gue    : "Seribu sehari, lo nggak ikutan beli kemaren?"
Yunca : "Enggak, panci di rumah masih bagus. Besok deh gue lempar dulu ke babang *sensor* biar remuk terus beli baru."
Kemudian Adek datang. . . *kasih backsound burung gagak. . .
Adek   : "Ada bawang termutilasi, sidik jari siapa disana?"
UDAH, NGGAK USAH DILANJUTIN YA . . . 
Personel yang lain udah mulai beraksi. Here we go . . .

Ini Mrs. Right. Spesialis goreng telur
Ini Umak Ira. Spesialis mie goreng merangkap duta indomie air tawar barat
Dan ini Mega lagi membenarkan irisan bawang gue. Spesialis Nasi Goreng.
Disaat tiga personel tersebut bekerja, maka kemanakah gue, Yunca, dan Icailla? Kami bertiga berubah jadi juri monsterchef yang foto-foto terus ngerumpi. 

INI MUKA MINTA DILEMPAR TABUNG GAS -_-
Nah, lagi asik-asiknya poto, eh masak maksudnya, tiba-tiba ada air mengalir di kaki gue. BUKAN, GUE NGGAK NGOMPOL. TERNYATA INI NAMANYA KEBANJIRAN.
AIR CUCURAN ATAP MENGALIRNYA KE DAPUR JUGA MEEN. Gue, Yunca, dan Icailla dengan seketika kehilangan muka sombong tadi. Jadilah kita bertiga bertugas menjaga debit air di dapur supaya dapur tetap bearsap. Eaaakk..

Penjaga pintu air.
Dengan penuh perjuangan, akhirnya Minas kami siap saji. Masalah lainnya muncul ketika mau makan. Kita kekurangan sendok. Akhirnya, salah satu dari kami yang tidak mau disebutkan identitasnya (SEBUT SAJA YUNCA) makan dengan menggunakan sendok nasi yang lebar. 

Sendok gede dengan porsi jumbo ala Yunca.
Kami disuguhi minuman yang dapat mempersatukan rasa kekeluargaan diantara kami. Air putih dalam teko. 

Satu gelas untuk 7 orang, biar Icailla nggak banyak cuci piringnya nanti.

Lagi diem-diemnya makan, kita kalau lagi makan emang diem-dieman (ini antara menjaga norma kesopanan dan menjaga makanan supaya nggak diembat pas kita lagi asik ngomong, hahaha), tiba-tiba terdengar bunyi kreek. Semua mata tertuju pada piring Umak Ira. IRA MATAHIN SENDOK SODARA SODARA.

Ini yang makan Umaknya Megatron.
Maka setelah sampai pada penghujung acara, saatnya Icailla berak_si. Sorry, salah spasi pemirsa. Maksudnya ICAILLA MULAI BERAKSI. 

MENERIMA JASA CUCI PIRING, 10rbu per kilo.
Finally, kami seluruh kru yang bertugas dan kru yang tidak bertugas pada acara kali ini mengucapkan terimakasih untuk hari Rabu yang kenyang dan ceria ini. Saya temannya Syahrini melaporkan dari Kosan Mega. 


"Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli
Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini"
- Ipang (Sahabat Kecil)





 

Monday, February 9, 2015

Let's Get Lost

PERHATIKAN GAMBAR INI
Ada yang tau itu lambang apa?
Illuminati? Bukan? Ini nggak ada hubungnnya sama teori konspirasi dan lo nggak perlu buka bukunya Dan Brown untuk tau ini apa. Coba deh ingat-ingat lagi, pernah liat lambang ini nggak?
Hayooooo...
Masih belum tau itu lambang apa?
Nggak usah sok mikir keras deh, cukup idup aja yang keras, mikirnya jangan.
Nggak ngeh juga soal lambang itu? 
Ya sudah, nggak apa-apa, karena postingan kali ini nggak bakalan ada sangkut pautnya sama lambang itu.*kemudian ditimpuk pake tabung gas elpiji.

Nah, berhubung kemaren abis jalan nih, gue mau berbagi cerita dikit nih. Baginya dikit aja ya, kalau banyak-banyak ntar malah dikirain pelit #eh #terbalik #maafkan.

YA KALI LO PAKAI HESTEK, NES. NGGAK BAKALAN BIRU TULISANNYE DISINI -_-

Sekitar awal Januari gitu, temen gue, sebut saja Annabell kirim BC (brodkes) di BBM, brodkes itu yang tulisannya biru-biru itu noh. Nah, Gue itu termasuk tipe orang yang sering mengabaikan brodkes (biasanya cuma baca dua kalimat di atas dan dua kalimat di bawah aja), kecuali brodkes yang isinya "Kalau dikirim ke 10 teman kamu, maka dalam 10 hari kamu akan wisuda". Kalau brodkes kayak gitu mungkin gue bakal kirim ke 100 orang di kontak gue biar gue bisa wisuda 10 kali. Yasalam, ya kali ada brodkes kek gitu.

Jadi, brodkes Annabell malam itu ikut gue abaikan. Cuma di baca dikit, terus lanjut main PS. Beberapa menit kemudian, datanglah BBM penuh semangat sukacita dari teman seperjalanan seper-kere-an, sebut saja Yunca. Nah Annabelle dan Yunca ini merupakan partner in jalan-jalan  yang pernah gue bikin kisahnya disini. Isi BBM Yunca kira-kira begini, "Nes, udah baca BC-nya Bella?." Ternyata Yunca adalah tipe orang yang nggak sanggup mengabaikan pesan di BBM walaupun itu cuma brodkes karena dia tau dan mengerti bagaimana rasanya BBM yang di READ doang.
Dikarenakan BM Yunca yang mengundang rasa penasaran, maka gue baca lagi brodkesnya Bella alias Annabell tadi, untung belum gue end chat. hahahaha
Ternyata isinya mengenai ajakan Roadshow Jakarta-Bandung. Judul besarnya Roadshow Nasional Pemuda Sumbar kerjasama BEM UNP dan SBLF (Sumatra Barat Leadership Forum). Kegiatan yang ditawarkan menarik banget, duitnya juga terbilang kece bingit, bikin ngeces dan semangat mau pergi. Yunca bilang dia fix ikutan sama Bella. Nah gue?

Hal pertama yang gue pikirin adalah ijin orang tua. Berhubung gue adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tua #eaaaa, maka gue ngomong dulu sama Papa. Kalau Papa mah oke oke aja. Ngomong sama Mama ini nih yang ngeri-ngeri sedap. Dengan metode pendekatan deskriptif kualitatif, maka malam itu gue ngomong sama Mama, dan benar saja, proposal gue langsung ditolak. Baru juga gue ngomong, "Ma, ini ada acara di Jakarta-Bandung, acaranyaaaa....." kemudian Mama nyalip pembicaraan. "Ambil cucian di pengering, terus jemur, ya." Maka gue ceburin diri di mesin cuci. Hahahaha
Karena pendekatan kualitatif enggak mempan, maka gue pake metode pendekatan featuring. Gue ngomongnya dibantu sama Papa. Ya gitu, Hones featuring Papa. Maka dengan 99% keraguan, Mama pun ngebolehin.

Problematika kedua adalah duit. Duitnya dari mana? FYI, gue menggadaikan skripsi buat pergi.
Ya kali skripsi lo udah selesai nes.. -_-

Problematika ketiga adalah DEADLINE JUDUL SEKERIPSI TEPAT PADA MINGGU KEBERANGKATAN. IYA, INI SOAL MASA DEPAN. Ihik.
Maka gue sempat mikir ulang buat pergi karena judul gue masih revisi dan revisi lagi. Yaelah, judul aja revisi udah uring-uringan, apalagi ntar. Huaaah, KUAT YA MAHASISWA.
Setelah berputus asa ria, gue bilang sama Annabell, gue nggak jadi ikut aja kali ya, soalnya gue mesti perjuangkan sekeripsi yang gue tinggal praktek dan sempat terlupakan. Kan kasian guenya skripsinya.

Problematika keempat adalah, ada pelancong yang masih bau Rinjani yang bilang mau ke Padang yang menurut legenda kemunculan beliau kayak tahun baru Hijriah, setahun sekali. Atau bisa kayak tahun kabisat, sekali empat tahun. Beuuuhh. Hahaha peace Babang Dunii.. Mau dong, ketemu.. hahaha :D

Berdasarkan beberapa pertimbangan masa depan, H-5 gue putuskan nggak jadi aja berangkatnya. Itu keputusan yang gue bikin setelah dapat pencerahan di subuh buta sebelum gue ke kampus dengan judul skripsi baru (nyari judul baru lagi ceritanya setelah berkali-kali ditolak) yang masih diperjuangkan. Oke, gue cerita dikit perjuangan gue hari itu.
Usai shalat shubuh pada hari itu, gue udah menyiapkan super mini proposal judul, biar ntar kalau Acc sama dosen pembimbing bisa langsung di proses lagi. Judulnya tentang grammar gitu, padahal gue paling nggak suka belajar grammar. Nah, gue muter otak lagi tuh pagi itu. Dengan semangat yang sisa seperempat, gue bikin proposal baru. Gue mulai jam setengah 7 pagi dan kelar jam 8. Kilat meeen, kalau bahasa minangnya "Co Patuih", bahasa Inggrisnya "Like a Thunder".
Dengan semangat yang semakin menipis gue terbang ke kampus nyari dosen pembimbing yang super sibuk. Kadang kalau mau ketemu, mesti nunggu dari pagi dan ketemunya ntar maghrib. Mungkin hari itu Tuhan udah kasihan sama gue, maka dengan waktu sepersekian menit gue udah duduk manis di ruangan si Bapak. Entah malaikat dari mana yang menuntun gue ngasih super mini proposal dadakan yang gue bikin subuh tadi, maka sampai jugalah proposal itu ditangan si Bapak.
You know what did he say after that? 
"ah, ini baru bisa saya Acc. Judul seperti ini yang saya minta." Oh my God. Semangat gue rasanya langsung naik 80%. Kayak gue kuat berenang di Selat Sunda setelah 5 hari nggak makan. Kemudian Beliau membubuhkan tanda tangan keramat dan tulisan Acc di kertas yang gue comot aja di kosan Bella buat nge-print. Kemudian gue goyang dumang di ruangan si Bapak. Maka jadilah sekeripsi gue tentang analisis kemampuan siswa kelas X SMA dalam membuat berita. Iyeh, bikin berita. Gue aja magang di koran kampus dulu kena depak, nah sekarang sok-sok an meneliti kemampuan anak SMA bikin berita. Songong lo ya, nes. Terserah, yang penting gue senang, si Bapak senang, sekretaris si Bapak juga senang karena dia bakalan break liat gue mondar mandir nyariin si Bapak. Hahahaha. Setelah salam cium tangan sama Bapak nya, gue ngibrit ke tempat makan terdekat bareng Pika (Sahabat karib kerabat). Laper meeen.

Nah, kembali ke cerita roadshow tadi. Maafkan jika cerita gue bolak balik. Nggak apa-apa kan ya, hati aja kuat dibolak balik, apalagi cuma cerita :D haha
H-2 setelah merenung panjang akhirnya gue putuskan untuk berangkat. Tapi belum ada packing sedikitpun, padahal Bella sama Yunca udah packing duluan seminggu sebelum berangkat. Santai aja, saking santainya atau emang masih galau, gue nggak tau berangkat jam berapa, pakai bus apa, ngumpul dimana, bayar nya kapan, bayarnya sama siapa. Dengan tabah Bella menjelaskannya di H-1. Barulah gue mulai masuk-masukin baju yang mana harus appropiate untuk 8 hari. Dengan akal busuk harum mau beli baju baru, gue cuma bawa baju dikit. Dikiiiit banget. Jadilah gue beli baju di beberapa tempat untuk tetap bertahan hidup dan untuk menjaga agar teman-teman gue tetap hidup. Ntar kan bau kalau nggak ganti baju, kasian teman-teman. hahaha

Kita berangkatnya pada hari Minggu, 18 Januari. Supaya nggak rempong karena kos-an gue lumayan jauh dari kampus (ya kita berangkatnya dari kampus), maka gue numpang tidur di kosan Bella yang mana kosan ini disebut sebagai Basecamp Bidadari oleh para penghuninya. Jangan tanya gue kenapa namanya demikian. Janji kumpul di kampus jam 9 pagi, tapi hape gue udah sibuk diteror sama Gege, teman seperjalanan juga, yang udah nyampe jam 8 karena dia bela-belain berangkat subuh buta dari Maninjau. Semangat sekali dikau, Ge. Padahal gue sama Bella masih leyeh-leyeh di kos. Hahaha

Selama di bus, karena masih belum terlalu kenal sama teman-teman baru, maka kita duduk deket-deket, berempat. Gue ama Bella, Gege yang baru kenal sama Yunca kita pasangkan berdua. Biar cepat akrab gitu. Tapi karena kita kasihan sama Gege yang kayaknya bakalan tersiksa karena Yunca suka lupa diri kalau udah ngemil, maka Yunca duduk sebelahan sama gue dan Bella sama Gege. Bella sama Gege ini udah kayak sodara. Bella nenek kakak nya Gege, seperti itu.

Setelah seharian di perjalanan, akhirnya subuh kita nyampe di Sungai Lilin. Sholat Subuh di mesjid dan nggak satupun yang mandi (setau gue juga sih). Kan kita nggak bau-bau amat Tanteee.. Setelah itu kita lanjutin perjalanan, lewat jembatan gitu yang dibawahnya ada Sungai yang lumayan lebar (gue nggak tau itu sungai apa, yang pasti itu bukan sungai Mahakam). Sepagi itu (sekitar jam setengah 7-an) sungainya udah rame sama anak-anak, ibu-ibu, Bapak-bapak yang telah siap di posisi masing-masing. Yang bikin kita se-bus ngakak adalah ada semacam jamban yang ngadep ke jembatan atau jalan lintas dan sepertinya jamban itu atapnya kebawa arus (ya kali atapnya anyut) dan kita dengan jelas bisa ngeliat ada ibu-ibu lagi serius ngeden di dalamnya. Oke, cukup bahas yang ini.

Sekitar jam 10-an kita udah nyampe di Palembang, yoiii, Sungai Musi udah kecium (emang gimana baunya?). Dengan jiwa dagang yang tinggi, Bella menawarkan seisi bus untuk makan di rumah makan milik Orang Tuanya di daerah Indralaya, deket-deket Universitas Sriwijaya. Dengan selamat sentausa kita semua makan disana. Sedaaappp, apalagi gratis.


Nah, malamnya, kita berhenti dulu di rumah makan yang buka pagi sore (ya kali nes). Nama rumah makannya ya itu. Udah gue sebutin tadi yang berlokasi di Bandar Lampung (kalau gue nggak salah). Karena gue, Yunca dan Bella merupakan tipe orang yang menghemat duit karena emang duit kita pas-pasan, dengan cahaya yang berkilau dan hati yang riang gembira kita keluarin nasi yang udah dibungkusin sama Mamanya Bella sewaktu kita di Palembang. Alhamdulillah itu nasi plus Ayam Bumbu nggak rasa asem ketek pas dibuka alias basi. Problematika selanjutnya adalah tempat makan. Nggak mungkin dong kita buka nasi bungkus didalam Rumah Makan yang mahal, keliatan banget kita nggak beli apa-apa tapi Cuma numpang makan doang. Nggak kehabisan akal, kita deketin semacam pos satpam di dekat gerbang rumah makannya. Nah di tempat semacam pos satpam ini ada 4 orang Bapak-bapak lagi duduk ngopi asik gitu. Dengan nada sok akrab kita minta numpang makan disana. Mungkin si Bapak mengerti ke-hematan kita jadilah kita makan ngemper di pos satpam. Sembari makan biar rada sok akrab gitu sama si Bapaknya, gue ajakin ngobrol.

Gue       : “Pelabuhan berapa jam lagi dari sini, Pak?”

Bapak    : “Sekitar sejam-an lagi lah, dek. Adek dari mana?”

Gue       : “Dari Padang, pak.”
Bapak    : “Oooo.. Tambuah ciek. Ciek duo tigo. hahaha”
Gue       : (Gue ikutan ketawa sambil ngunyah ayam bumbu. KESELEK MAMEEENN.)
Setelah ngobrol sana sini sama si Bapak dan belajar bahasanya yang mana gue kayaknya diajarin ngomong jorok sama si Abang-abang parkir yang baru datang karena pas gue ama Yunca niruin yang dia bilang, satu pos satpam pada ketawa. ASEM.  


Jam 12 teng, tengah malem kita sampe di pelabuhan Bakauheni (rasanya emang gini penulisannya). Pelabuhan kalau malam kece juga lho, banyak lampu lampu sama abang-abang sopir truk yang tidurnya longor amat di kapal. Ini kali pertama gue naik kapal malem-malem. Biasanya naik pagi subuh atau sore biar dapat sunrise atau sunset. Terakhir kali gue naik kapal di selat Bali kaki gue dimuntahin Ibu-ibu pas gue lagi asik motret sana-sini. Anget-anget hoek rasanya. Jadi pas dikapal kali ini gue trauma. Gue menyendiri. #tsaaah. 



Tinggal taruh kaleng didepan dan voila......



Nyampe di merak, sekitar jam setengah empat-an dan gue ngantuk berat. Seberat-beratnya ini badan, lebih berat kantuk gue saat itu. Jadilah gue moloor dibus sampai gue sadar kita udah hampir nyampe Taman mini sekitar jam 6-an. Kita nginepnya di sana dan gue udah curiga, emang bisa check in subuh-subuh gini? Ternyata kita emang nggak bisa check in sodara sodara. Hal pertama yang gue takutin adalah, GUE KUDU MANDI DIMANA KALAU NGGAK DI PENGINAPAN?? SECARA INI UDAH NGGAK MANDI DUA HARI. Mau nyari masjid udah terlanjur siang, nggak enak numpang mandi. Alhamdulillah, Tuhan masih sayang dan kita diijinin buat naruh tas/koper plus mandi di penginapan. Yahooo.. 

First destination kita adalah anjungan Sumbar TMII. Ada Bapak Hamdanus dan Bapak  Zean yang mana beliau adalah pengusaha sukses yang mau sharing kiat sukses nya sama kami. “Berwirausaha bukan soal modal, namun soal kemauan, keberanian, dan mencari peluang”, begitulah intinya yang gue kutip dari catatan ketua rombongan, Bapak Edo Andrefson. Sihiyy Bapak. Hehehe. Gue tertarik dengan cara penyampaian materi dari Bapak Zean. Mirip comic gitu, jadilah gue ngakak sejadi-jadinya sewaktu beliau cerita mau nyetor duit di bank dan belagak bego sehingga beliau nggak ngelakuin apa-apa. Semuanya di kerjain sama satpam dan teller. 

Si Bapak masuk ke bank kemudian celingak celinguk aja. Kemudian ada satpam nyamperin,

Satpam : Maaf, ada yang bisa dibantu, Pak?”

Bapak       : “Gilaaa ini satpam, datang-datang langsung minta maaf.” “Saya mau setor duit,” jawab si Bapak masih pura-pura bego soal bank.

Satpam    : “Bapak bisa isi disini,” jawab Satpam sembari mengantar si Bapak ke tempat isi formulir setor atau tarik duit di bank.
Bapak       : “Wah, saya nggak ngerti,” padahal nggak mungkin beliau nggak ngerti. Yasalam.
Satpam    : “Bapak mau nyetor berapa? Rekeningnya berapa? Namanya siapa?.”
Dan voila.. Si satpam ngerjain semuaaanya dan Bapak Zean nya Cuma anteng-anteng aja sambil ngadem di Bank. EMEJING SI BAPAK. Beliau punya very good sense of humor.

Di hari yang sama kita main ke UHAMKA (Universitas Hamka). Setelah nyasar gara-gara GPS (kampus nya ada 4 dan tersebar di Jakarta, jarak antar kampus lumayan jauh men). Jadi di GPS kita ambil lokasi kampus 1 sedangkan acaranya berlangsung di kampus 4. Yasalam, pantes aja kita nyasar dan nggak ketemu sama abang-abang yang katanya mau jemput di persimpangan UHAMKA. Tapi gue suka nyasar gini, jadinya semakin jauh berjalan dan semakin banyak tempat yang bisa diliat. Tapi pak supir sepertinya nggak suka, ya iyalah, BENSIN HABIS WOIII. Hahahaha

Di UHAMKA gue nggak terlalu ikut diskusi karena asik ngobrol sama sepasang anak UHAMKA yang gue lupa namanya. Orang Medan dia, Bah!. Suka jalan-jalan dan fotografi. Jadilah kita bertiga nggak ikutin diskusi lagi, malah asik ngobrol sambil makan cemilan kotak. Setelah diskusi, kita diajak keliling UHAMKA. Satu hal yang gue suka adalah mereka punya gedung PKM 4 lantai yang bersih dan nyaman kali men. Gedung bercat putih bersih itu emang bersih walaupun isinya mahasiswa yang kadang bisa sangat jorok. Hahahaha. Tiap lantai ada WC nya, nggak tanggung, WC nya ada dua. Kalau mau masak bisa di lantai satu. Di lantai paling atas ada semacam aula yang bisa dipakai organisasi apa aja buat rapat atau diskusi. KECE BADAI LAH POKOK E.  Yang paling gue senengin dari anak UHAMKA adalah mereka ngasih nasi kotak #eh. Hahahaha mayan hemat makan siang yang di jamak sama makan malam. Hahahaha

Besoknya kita main ke DPR. Bukan buat demo BUKAAN. Kita mau duduk di DPR. Hahaha.Baru mendarat di gedung Nusantara, gue langsung kebelet. Sebenarnya modus mau tau gimana sih toiletnya di DPR ini. Nggak apa-apa dibilang norak, yang penting pernah kencingin gedung DPR. Hahahaha semacam  rakyat kurang ajar. Hahaha. Toiletnya emang kece, kayak toilet DPR (ya gitu). Gara-gara nyempetin berkunjung ke toilet gue ditinggal rombongan. Aih, untung bertiga dan kita bisa kembali bertemu rombongan setelah telpon sana telpon sini dan akhirnya dijemput. Hahahaha. Gue kurang tertarik kerja di DPR, tiap hari rapat mulu. Iya, tiap hari kerjanya rapat, rapat dan rapat. Setidaknya itulah curhatan Bapak Hermanto yang siang itu menyambut kami dengan hangat walaupun seharusnya beliau berada di ruang rapat. 


Bukan rapat di ruangan yang gede tapi tetep kece ruangannya.
 Setelah diskusi sama si Bapak soal macam-macam, mulai dari masalah pembangunan, pertanian, dan sebagainya, beliau ngebolehin kami ngintip rapat kerja yang katanya bakal dihadiri Ibu Susi. Bukan Ibu Susi sekretaris jurusan gue dikampus BUKAN. Ibu Susi yang ledakin kapal nelayan asing yang masuk perairan Indonesia itu lho. Tapi sayang, gue nggak nemu Bu Susi nya, gue Cuma nemu kotak surat Pak Tifatul Sembiring aja *biarin nggak nyambung. Saking noraknya, kotak suratnya aja gue potoin. Hahaha.

  
Ini aja mah udah.. haha


Abis itu ya sekretarisnya Bapak Hermanto membawa kami keliling gedung DPR. Semacam free walking tour. Bapak sekretarisnya ramah banget, saking ramahnya kita disuruh poto rame-rame, terus dia yang motoin. Tapi kita nggak mau dan nggak enak hati. Gini-gini kita masih punya hati dong yaaa. O iya, kita disuguhi makan siang juga. Si Bapak emang oke pokok nya, tau aja kita semua kelaparan. Nasi kotaknya, mak nyusss.
Sorenya kita jalan ke Monas. Yang pertama gue cari adalah kerak telor, soalnya belum pernah cobain. Alhasil gue, Yunca, Bella, Dolli dan Gege menyerang ngkong yang jual kerak telor. Karena kalap, yang jual nyuruh gue dan Gege pesan sama rekannya di sebelah. Karena gue penganut paham makanan itu Cuma ada enak dan enak sekali (paham mbak Trinity), maka kerak telor menurut gue enak. Gue udah tau rasanya dan besok udah aja, coba ketoprak aja deh lain kali. Hehehehe. Selama makan kerak telor gue motoin si Bapak yang jualan sambil ajakin ngobrol. Sok akrab lagi. Jadilah kerak telor gue ama Gege dapat diskon sepuluh rebu. Lumayan. Hahahaha. Intinya, kalau mau dapat harga rendah, MAKA SOK AKRAB-LAH SAMA YANG JUAL.


 
Senyum si Bapak pembawa diskon #eh



Lagi enak-enak poto di Monas tiba-tiba Gege histeris liat tiga bencong lagi goyang dumang. Yasalam, Gege. Badannya gede, ama bencong lempem. Hahahahaha peace Ge. Saking kalapnya, Gege nyewa sepeda single buat melarikan diri dari mas-mas cantik itu (Nggak ding, emang kita ajakin nyewa sepeda buat keliling Monas. Hahaha). Pas sepedaan, mata Bella tertuju pada bule ganteng yang emang paling bersinar seantero Monas. Bella langsung lempar sepeda dan minta poto sama si Bule tanpa nanya nama, langsung “can I take a picture with you?” Yaelah Bella. Senengnya Bella udah maximal kali ya sampai dia nggak sadar sepeda sewa nya dilariin sama boneka Doraemon. Gue juga nggak mau rugi, minta poto juga sama si Bule. Abis poto juga gue baru sadar namanya siapa ya? Hahahaha. Dasar, sama aja. “Sorry, what is your name?” gue nanya dengan aksen British rasa rendang. “Loius, from Franch.” Oh, cukup sekian dan setelah basa basi kita persilakan bulenya pergi. Nggak tertarik sama bule, soalnya yang lokal lebih cakep dari bule #tsaaah. Setelah si Bule raib barulah Bella sadar kalau sepedanya ikutan raib. Yaelah Bell -_-.


Esoknya, kita main ke kantor lagi nih, ke Bappenas. Kita disambut di ruang adem dan berdiskusilah kita tentang pembangunan negri ini, serta kasih kritik dan saran soal pembangunan di Sumbar. Nggak lupa, Bapak disini yang ramah-ramah juga ngajakin free walking tour keliling gedung Bappenas. Saat itu lagi rame banget jadinya gue nggak bisa nangkep penjelasan Bapak tour guide nya.

Hari yang sama kita samperin kampusnya anak-anak yellow jacket, UI. Presma UI ngajakin keliling pustakanya UI yang katanya terbesar se Asia Tenggara.



Benar aja, itu pustaka kece amat. Abis keliling-keliling, kita diskusi di markasnya BEM UI. Gue yang nggak bisa diem dan cepat bosen kalau diajak diskusi formal langsung ngeluarin modus “mbak, toiletnya dimana ya?”. Kemudian kakak yang gue lupa lagi namanya nganter gue ke toilet. Di jalan ke toilet kita ngobrol soal jurusan dan kampung halaman. SOK AKRAB LAGI DEH LO, NES. Mungkin si Kakak suka jalan juga jadilah dia ngajakin gue touring privat gedung PKM UI sementara yang lain masih diskusi di lantai dua. Touringnya Cuma 15 menit kok, abis itu balik lagi ke markas. 


Malamnya setelah nyasar juga nyariin studio Metro TV, kita menghadiri #cieee mengahdiri cieee #abaikan, acara KICK ANDY. Gue demen nih acara, sering nonton semenjak hostnya masih kribo sampai sekarang, setelah kepalanya kena pembalakan liar alias botak. Hihihi. Topiknya Woman on Top yang ngebahas wanita wanita kece di karir tapi belum nikah. Sepanjang acara, gue yang duduk di samping Yunca sibuk menahan Yunca ngelap air mata dan nge-sabarin Yunca yang ngapalin quote soal cinta. Hihihi. Sabar Nyun, akan ada pelangi setelah hujan, tapi kadang-kadang ada hujan yang nyambung terus, tergantung kandungan air di awan sih, terus ada juga badai sambil ujan, wuidii, pas banget itu jualan mantel ujan yang lima rebu warna-warni #salahfokus. 

Ternyata Beliau cakep #eh
Last destination adalah BANDUNG. Tengah malam kita merayap ke Bandung dan nyampe di Bandung jam 3-an. Jadilah kita lanjutin tidur di Mesjid Raya Bandung (yang sekarang gue baru tahu kalau selfie dilapangan depan mesjid ini lagi nge-hits dan untungnya lagi gue sempat foto jugak, ikutan yang nge-hits dong yaa). Bangun tidur dengan separuh nyawa entah dimana dan separuh lagi nyuruh mandi dengan air yang dingin bangeeeet, maka gue yakinkan nyawa gue yang masih setengah “Kapan lagi lo bisa mandi di Mesjid Raya Bandung, Nes,” Oke, trik ini berhasil dan setelah mandi, shalat dan foto-foto, kita lanjut nyari sarapan. Sarapan kuliner lokal dong yaaa, kita serbu nasi kuning sama bubur ayam. Pas lagi jalan balik ke bus, gue sama teman seperjalanan, sebut saya Widia (yang setelah mau pulang kita baru tau, kita sodaraan, dunia memang sempit, men) lewat Ibis Hotel. Iseng gue ajakin Widia pakai modus “Maaf,  boleh pinjem toiltnya, Pak?” ke satpam Hotel yang mana Hotelnya masih sepi karena baru jam 6-an. Dengan semangat Widia yang nanyain ke Satpam-nya, alhasil kita bisa main plus liat-liat Hotel Ibis tanpa harus chek in. Hahahaha.

Abis itu kita lanjut ke Tangkuban Perahu. Gue pengen banget nih kesini. Sebelum ke sini, gue kirim pesan ke Uda Andri, soalnya Mama bilang, “Kalau ke Bandung cari Andri aja, palakin jalan-jalan.” Uda Andri ini bisa jadi guide, translator, teacher, volunteer, apa aja kayaknya dia bisa deh, dan salah satu orang yang bikin gue iri karena pernah menjelajah kalimantan barat, jawa barat, serta sumatra barat dan nggak tau lagi dia pernah jalan kemana serta Bahasa Inggrisnya kece punya. Awalnya sih fix dia mau jadi guide selama di Bandung, tapi nggak jadi karena dapat panggilan jadi volunteer (kalau nggak salah program 1000 guru) buat ngajar. Tu kan, idup lo asik, Uda. Hahaha. Tapi, idup gue asik juga kok. Hahaha nggak mau kalah. 

Sebelum naik ke Tangkuban Perahu, ada mas-mas jualan masker naik ke bus, “Tiga sepuluh ribu, dek. Ntar kalau nyampe atas maskernya mahal. Kalau nggak pakai masker bahaya, bau belerangnya nusuk, bisa sesak napas.” Nah kita se-bus percaya aja dan borong masker nya, tapi sesampainya diatas, itu masker yang sepuluh rebu tiga cuma serebu satu. Yaelah asem.
Kita naik ambil jalur alternatif, nggak lewat jalan aspal demi menghemat waktu. Kalau lewat jalur alternatif yang kayak hutan gitu Cuma 0.8km. Sedangkan jalan aspal yang mulus bisa sampai 1.5km. Yasudah, ambil yang pintas, men.
jalan pintas dianggap pantas :P

Nah, di atas gue mulai kalap foto foto. Nggak ada yang mau motoin hingga hasilnya begini. SELFIE AJA. 

Widia-gue-Syahrini-Gege


Setelah capek foto-foto, dan kabut mulai turun, dan udara dingin bangeeet, gue, Yunca, Gege, sama Widia tanpa memperhatikan jam, leyeh-leyeh makan mie rebus. Gilak, mie yang panas banget itu tanpa di tiup-tiup langsung dingin. Ngeri euy dinginnya. Gara-gara semangkuk mie, kita hampir ditinggal rombongan. Aduuh, salahkan saja mie yang sudah dingin. Hahaha.
Pas balik dari Tangkuban Perahu, mau kunjungan ke BSLF (Bandung Strategic Leadership Forum) eeee busnya ditabrak sama mobil sedan berplat D. Iya, ini daerahnya si sedan sampai berani-berani ngajakin ke kantor polisi. Polisinya ya tentu, bela-in si plat D. Aduuuh, ceritanya plat D vs plat BA. Kampretnya, walaupun kita yakin seyakin-yakinnya kalau kita ditabrak, malah kita yang mesti bayar karena menurut polisinya kita yang salah. Asem. 



Di markasnya BSLF, kita sharing soal “politik asik”-nya BSLF. Keren, mereka ajakin anak muda buat peka terhadap isu politik. Kegiatan BSLF ini banyak, mulai dari seminar, diskusi dan sebagainya. Karena ini kunjungan terakhir sebelum pulang, maka dengan sebagian badan remuk dan capek, gue udah ancang-ancang buat tidur pulas aja. Gue banyakin molor di bus sampai-sampai Widia, yang jadi seatmate gue di bus, terheran-heran dengan kemampuan molor gue yang luar biasa. Muehehehehehe.

O iya, gue sama Widia dari Merak sampai Jambi sibuk bujuk-bujukin sopir bus buat nganterin kita sampai Bukittinggi, karena rombongan seharusnya udah diturunin semua di Padang, bukan di Bukittinggi, rumah gue. Dengan modal SOK AKRAB lagi maka om sopir bersedia nganterin kita (ada sekitar 6 orang) ke Bukittinggi. Ternyata emang bukan sok akrab, om sopir itu emang sering main deket rumah gue sampai-sampai tau Oom gue siapa. Faktor pendukung lainnya adalah oom sopir 1 dan oom sopir 2 ditambah satu asistennya emang berdomisili di Bukittinggi. Oke sip, maka makin teranglah jalan ke Bukittinggi malam itu (nyampe Bukittinggi sekitar jam 1 malam dan gue nggak tidur selama di Jalan Padang Bukittinggi karena sibuk ngobrolin orang sekampung sama oom sopir, selain itu gue takut diculik hahahaha).

That’s all cerita 8 hari dijalan dengan lebih dari 10 kali nyasar. Ternyata semboyan Let’s get lost yang sering gue jadiin wallpaper laptop dan HP emang kejadian kali ini. Nyasar sana nyasar sini. Tapi gue emang suka nyasar, di kampus aja sering nyasar. Abis kelas, mau balik ke kos, eee malah nyasar liat pameran anak seni rupa, atau nyasar liat anak sendratasik menari, atau nyasar makan pisang bakar di tepi pantai ama temen-temen, atau nyasarr..... aih sudahlah.

"Perjalanan keliling adalah lingkaran sempurna: awal adalah akhir, tiada awal tiada akhir,” Agustinus Wibowo (Titik Nol)."
Aku pulang, kembali ke haribaan Dosen Pembimbing dan Skripsi. :’)